Released: January 1, 2011

Producer: Jan Djuhana

Aku terbakar cemburu
Cemburu buta
Tak bisa ku padamkan amarah dihatiku

Sakit menahan sakit hati
Menyimpan perih
Tak bisa ku terima apa yang ku alami

Ibaratnya jantung hati
Tersayat pedang tajam
Betapa sakitnya
Ku rasakan itu

Dan kini aku tahu ku sangat
Begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
Mungkin selama ini ku salah
Tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku

Betapa bodohnya diriku
Tak bisa mencintai
Dan menjaga hatimu dengan sepenuh jiwa
Bahwasanya selama ini aku
Tak menyadari dirimu adalah milik teristimewaku

Ibaratnya jantung hati
Tersayat pedang tajam
Betapa sakitnya
Ku rasakan itu

Dan kini aku tahu ku sangat
Begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
Mungkin selama ini ku salah
Tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku

Begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
Mungkin selama ini aku salah
Tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku
Mungkin selama ini ku salah

Dan kini aku tahu ku sangat
Begitu dalamnya aku sungguh mencintaimu
Mungkin selama ini ku salah
Tak pernah pedulikanmu setulusnya hatiku

Mungkin selama ini ku salah

Padi

Formed at Airlangga University in Indonesia, Padi (then known as Soda) performed their first show in 1996. The name change occurred a year later – it was meant to symbolize the band’s humility, as the word means rice, which is a symbol of modesty – and by 1999, the band had a deal and an album in stores. The deal, which was signed after a rep from Sony caught a performance at a pub, led to a successful appearance on a various-artists compilation.

The debut, Lain Dunia, was followed by Sesuatu Yang Tertunda in 2001. Selling nearly 500,000 copies, the band solidified its standing with the mega-hit single “Kasih Tak Sampai.” Their next album, Save My Soul, would be even bigger, hitting the half-a-million sales mark its first week after release. Padi released their fourth, self-titled, album in 2005.

There have also been a handful of compilation appearances for the group, including a 2002 World Cup album contribution, “Work of Heaven.”