Terhanyut si gadis belum 17
Bermesra bersama seorang
Katanya kekasihnya
Tersingkap tak ada batas
Norma agama dan sebagainya
Miskin petuah - petuah orang tua

Coda:
Oh.. Oh.. Dengarlah kami
Oh.. Oh.. Jangan dengarkan bisikan - bisikan
Oh.. Oh.. Mohon hiraukan
Oh.. Oh.. Jangan sampai hilang segalanya

Reff:
Hapuskan semua gairah yang ada
Buang gejolak hasrat mencoba
Belum pasti dia untukmu
Jangan sampai ada airmata
Dari lelaki yang pasti
Mendampingimu untuk selamanya

Bukan masalah hidup disini
Atau disana
Jangan ada nilai yang bergeser
Lepas dari jalurnya
Coba tunggulah sejenak
Sampai benar - benar kau mengerti
Hai!!! Tenangkan hingga kau dapat yang kau cari
Back to Coda, Reff:

Disini bukan disana
Disana bukan disini
Disini bukan disana
Disana bukan disini
Back to Reff:

Jangan pernah mencoba hu... Hu...
Jangan pernah mencoba hu... Hu...

Dewa 19

More commonly known as Dewa (and for a time, Down Beat), Dewa 19 was considered by some to be one of Indonesia’s biggest rock acts. Formed in 1986, the band would go through a number of lineup changes – and the occasional name change, due in part to the original inspiration for the band’s moniker being derived from the founder’s names – but they maintained their momentum and by 2008 had released a fair number of albums, nearly ten full-lengths, a pair of compilations, and some live work, and built a fanbase that was formidable, to say the least.

Their first album, Dewa 19 (the 19 referring to the ages of the founding members at the time of naming the band), released in 1992, was a huge hit, winning the band Best Newcomers and Most Popular Album at the 1993 BASF Awards. While drummers came and went, along with some other roster changes, Dewa 19 pressed ever forward, releasing Format Masa Depan in 1994, and Terbaik Terbaik in 1997. 1999 would see Dewa 19 close out the decade with a hits compilation, The Best of Dewa 19.